Hari ini kesekian kalinya aku memaksa ayahku untuk izin dari tugas yang menggunung di kantornya. Tampak kelelahan dari raut wajah yang terbalut senyum. Hari ini kesekian kalinya aku meminta mama untuk meninggalkan sejenak kesibukan yang menanti di rumah. Tampak kekhawatiran yang tergambar dari untaian kata bijaknya. Sungguh Allah, aku tak ingin hari ini terjadi lagi. Perjuanganku menempuh masa depan mengapa harus ku korbankan masa tua mereka. Tidak kah cukup jiwa raga yang mereka tuangkan selama delapan belas tahun?
Bibirku seakan tak mampu berkata, bahkan air mata mulai mengering lantaran tak kunjung aku menemukan tadir Mu atas cita-cita ku. Aku sendiri lelah meskipun tiap langkah perjalanan tak lepas ku dari pengawalannya. Akankah lagi aku membuat mereka kecewa untuk ke sekian kalinya. Tiga kali aku gagal, tiga kali pula aku menghancurkan harapan mereka atasku. Mungkin dari tiga permata yang mereka miliki, hanya aku yang berhasil membuat kening mereka berkerut dan membuat beban di hatinya memuncak. Kakak ku berhasil membahagiakan mereka karena mendapat IP yang bagus dalam kuliahnya, dia juga berhasil mengenggam pekerjaan yang orangtuaku dambakan. Tak kalah adikku sukses dalam sekolahnya. Dia mendapat peringkat enam dan berhasil masuk IPA di SMAN 81 Jakarta yang tidak perlu diragukan kualitasnya. Sementara aku? Apa yang dapat aku berikan kepada mereka. Bahkan membuat mereka tertidur nyenyak pun aku sulit melakukannya, apalagi menjadi anak yang membanggakan. Jauh dari apa yang mereka harapkan.
Siang malam smenjak 1 Juli 2011 di mana aku melihat pengumuman itu, tak henti kecemasan menggelayuti pikiranku. Perih memang seakan hanya aku sendiri yang mendapat bacaan “Anda Belum Lulus PTN”. Nafas kekecewaan ku hela sambil menahan rasa malu ketika HP ku terus berdering dan harus ku balas satu persatu perhatian teman-teman ku yang ingin tahu apakah aku berhasil seperti mereka. Di saat hatiku terambang rasa hancur yang mendalam, seakan aku mendapat sinar dari seluru keluarga ku. Ya saat aku melihat hasil menyakitkan itu, aku dan keluargaku sedang berlibur menghapus kejenuhan di kampung halaman. Meskipun aku telah membuat mereka berduka, tapi mereka tetap memberikan aku hujan di semangatku yang layu. Karena mereka, kini aku berjanji tidak akan pernah menyerah menggapai cita-cita ku, ya menjadi seorang dokter yang dapat bermanfaat bagi dunia. Sebuah cita-cita yang aku genggam dalam-dalam di hatiku, dan tak ingin ku berhenti melangkah untuk mewujudkannya. Semoga minggu ini aku mendapat jawaban yang pasti atas doa-doa yang ku lantunkan bak nafas yang berhembus. Kita hanya bisa berharap, tapi Allah yang ada dibalik ini semua. Kegagalan bukan untuk membuat kita lemah, tetapi menjadikan kita lebih kokoh dari orang yang berhasil. Berpikiran positif adalah keharusan yang aku coba untuk merealisasikannya karena Allah tidak akan memberikan takdir jika tidak ada hikmah dari apa yang Allah beri. Ya Allah bimbinglah tiap detik nadi ku yang bergetar, agar segala ambisius dari impianku selalu diselipkan bahwa dunia ini hanya fana..
Semangat mengejar akhirat!!
Semangat mengejar dunia untuk bekal di akhirat!!
0 komentar
Posting Komentar