Malam hening menjadi saksi bisu ketika butir air mata jatuh perlahan membanjiri angan-angan. Aku terjatuh dalam kesalahan yang sebenarnya aku buta untuk tahu dosaku. Dia menghakimi aku layaknya meteor yang jatuh bertubi melubangi hati tanpa berusaha memahami sebab akibat tingkahku. Celotehan lembut nan merajam jiwa darinya, ku tetap berdiri menahan perih atas nama persahabatan. Goresan penjelasan telah aku torehkan melalui bibir yang mulai bergetar lantaran jenuh menjelaskan fakta yang kunjung di tepis dengan jari lentiknya. Terpaku haruskah ku lari mencari api yang dia siramkan dikeluguanku. Dia menatap bahwa aku adalah hina dan dia memutuskan tali yang terjalin tanpa memikirkan itu sulit bagiku. Tolong pahami bahwa aku bodoh karena tak kunjung mengerti akan paksamu. Aku lelah, sekali lagi aku lelah bila kau selalu menuntut aku untuk mengajakmu terbang ke bulan. Entah, sahabat yang kau pikir suci kini tercoret tinta merah yang masih kau katakan aku yang merusaknya. Aku kosong belum bisa tebak apa yang sedang kau alami hingga buat aku tak henti mencari khilaf. Aku koreksi lembar demi lembar harian bersamamu namun tidak juga ku gapai apa yang ku harapkan. Aku menyerah, memilih diam dengan gertak dan amarah mu. Teruskanlah ikat aku lalu kau setrum supaya kau puas dan mau kembali. Tiada apa meski terluka dalam, akan tuduhmu, setitikpun benci tak ku biarkan menjamur. Sampai aku benar-benar kembali dan masih kau menjauh, kau tetap mata ku yang ajarkan aku indahnya pelangi.
TERIMAKASIH dan MAAF..
Allah kembalikan dia dan bukakan hatinya agar dia mau memaafkan aku..
TERIMAKASIH dan MAAF..
Allah kembalikan dia dan bukakan hatinya agar dia mau memaafkan aku..
0 komentar
Posting Komentar